Sabtu, 27 Mei 2023

Renungan 28 Mei - 03 Juni 2023 (Bina Remaja)

Pembacaan   : Kisah Para Rasul 2:1-13
Tema             : Kepenuhan Roh Kudus

    Kakak-kakak pembina dan adik-adik remaja yang dikasihi Tuhan, kita semua menerima tugas yang besar dari Allah untuk menerangi dunia yang penuh dengan kegelapan. Memang kita semua adalah orang-orang yang telah dipanggil keluar dari kegelapan masuk ke dalam terang-Nya yang ajaib, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa kita diutus kembali untuk menjadi terang di tengah kegelapan. Tahukah kita bahwa penugasan ini adalah sebuah mission impossible? Ya, misi menerangi dunia yang penuh kegelapan ini sesungguhnya adalah sebuah misi yang mustahil kita penuhi, yakni bila kita hanya mengandalkan diri dan kekuatan kita sendiri. Tugas ini hanya mungkin kita penuhi bila Allah sendiri melengkapi kita untuk melaksanakan tugas yang diberikan-Nya kepada kita.

Inilah pokok yang ditekankan Tuhan Yesus kepada sebelas murid-Nya dan semua orang yang mengikut Dia sampai sebelum Dia naik ke sorga. Kepada mereka Tuhan Yesus memberikan perintah yang melarang mereka meninggalkan Yerusalem dan menyuruh mereka tinggal di situ untuk menantikan janji Bapa (Kisah Para Rasul 1:4). Apakah janji Bapa yang dimaksud? Yakni bahwa murid-murid akan dibaptis dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:5). Tuhan Yesus berkata kepada mereka tepat sebelum la terangkat ke sorga, "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (Kisah Para Rasul 1:8). Janji Tuhan yang besar ini akhirnya digenapi pada salah satu hari raya terbesar orang Yahudi, yakni hari Pentakosta. Hari raya ini telah membawa semua orang Yahudi datang ke Yerusalem untuk merayakannya. Murid- murid sendiri sejak awal telah ada di sebuah ruang atas di rumah tempat mereka menumpang (Kisah Para Rasul 1:13). Para murid bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama sambil menantikan janji Tuhan ini (Kisah Para Rasul 1:14). Dalam momen menanti dan berdoa inilah, Roh Kudus dicurahkan kepada para murid. Lukas yang menulis kitab Kisah Para Rasul menggambarkan peristiwa yang besar ini dengan mengatakan, "Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah- lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing- masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya" (Kisah Para Rasul 2:2-4). Peristiwa yang spektakuler ini jelas dapat dilihat dan didengar oleh semua orang yang hadir pada saat itu, yakni orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa yang telah datang ke Yerusalem pada waktu itu. Mereka berkerumun dan mendengar para murid, yakni rasul-rasul itu, berkata-kata dalam banyak bahasa.

Kakak-kakak pembina dan adik-adik remaja yang dikasihi Tuhan, pada hari Pentakosta inilah murid-murid yang siap untuk diutus ke dalam dunia diperlengkapi dengan Roh Kudus supaya mereka menjadi saksi. Saksi apakah yang dimaksud? Yakni saksi yang memberitakan perbuatan- perbuatan besar yang dilakukan Allah. Inilah yang disaksikan orang banyak ketika rasul-rasul itu berkata-kata dalam banyak bahasa. Mereka tercengang dan bingung karena mengetahui para rasul adalah orang-orang Galilea namun berbicara dalam bahasa-bahasa yang dipakai di negeri asal orang- orang tersebut. Memang orang Galilea banyak kali dipandang sebagai orang-orang pedesaan yang tidak berpendidikan, yang mempunyai bahasa dan aksen mereka sendiri, yang membuat mereka cepat dikenali sebagai "orang Galilea." Namun demikian Roh Kudus memampukan para rasul yang dipandang bodoh oleh banyak orang ini untuk berkata-kata tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah dengan menggunakan bahasa orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab. Di sinilah kita melihat bahwa apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah!

Kepenuhan Roh Kudus inilah yang mendorong rasul-rasul untuk bersaksi tentang perbuatan-perbuatan besar Allah tersebut. Dalam kitab Kisah Para Rasul menjadi jelaslah bahwa perbuatan-perbuatan besar Allah yang dimaksudkan adalah karya kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Inilah yang dengan setia diberitakan oleh para rasul dengan penuh keberanian karena telah dipenuhi dengan Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memampukan Petrus berkhotbah pada hari Pentakosta itu sehingga tiga ribu orang percaya dan dibaptis. Tak lama sesudah hari Pentakosta, Petrus dan Yohanes memberitakan tentang Tuhan Yesus yang mati dan bangkit itu di Bait Allah serta menyatakan mujizat dalam nama Tuhan Yesus kepada seorang yang lumpuh. Walaupun karena hal ini mereka ditangkap dan dihadapkan kepada Mahkamah Agama Yahudi, namun Petrus dan Yohanes yang dipenuhi oleh Roh Kudus menjadi kesaksian bagi banyak orang. Alkitab mengatakan, "Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus" (Kisah Para Rasul 4:13). Bukan hanya Petrus dan Yohanes saja, Roh Kudus juga memperlengkapi Stefanus untuk melayani dan bersaksi tentang Tuhan Yesus di hadapan banyak orang dan Mahkamah Agama dengan penuh kesetiaan sampai mati. Roh Kudus yang sama jugalah yang telah mengubahkan seorang bernama Saulus untuk memberitakan Injil Yesus Kristus, yang sebelumnya berusaha dipadamkannya dengan mengejar dan menangkapi orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Karya Roh Kudus begitu nyata dalam kesaksian murid-murid Tuhan Yesus, yang pada akhirnya membawa Injil Yesus Kristus itu dari Yerusalem sampai ke pusat Kekaisaran Romawi, yakni kota Roma.

Maukah kita sebagai pembina dan adik-adik remaja dipakai Tuhan menjadi saksi-Nya yang setia? Kita seharusnya tidak bersandar pada kekuatan dan kemampuan kita sendiri. Kita tidak dapat menjadi saksi yang setia tentang Yesus yang mati dan bangkit itu bila kita bersandar pada diri kita sendiri. Sebagaimana para rasul menerima Roh Kudus, dan dengan demikian diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi, kita pun yang membuka diri bagi kehadiran Roh Kudus akan diperlengkapi dengan kuasa yang sama. Kuasa itulah yang akan memampukan kita menjalani hidup yang kudus, yakni untuk belajar dan bergaul dengan baik, untuk mengambil pilihan dan keputusan yang benar di masa muda, dan dengan demikian menjadi saksi Kristus yang setia laksana surat Kristus yang dapat dibaca semua orang, yakni melalui kata-kata dan tindakan nyata kita. Biarlah orang lain boleh melihat bahwa kita dipimpin oleh Roh Kudus dalam hidup yang senantiasa menghasilkan buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Amin.



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More