Pembacaan : Lukas 6 : 37 - 42
Tema : Jangan Menghakimi Supaya Engkau Tidak Dihakimi
Syalom! Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus, tema renungan kita “Jangan menghakimi supaya Engkau tidak dihakimi". Apakah kamu pernah menghakimi sesamamu? Atau pernahkah kamu dihakimi? Apa perasaanmu saat menghakimi? Senang? Lebih untung dari yang dihakimi? Dan kalau dihakimi, bagaimana? Apakah hati terkoyak? Pasti marah, sedih bercampur gelisah, seolah siap melawan balik. Inilah suasana hati yang berkaitan dengan soal menghakimi. Menurut KBBI, menghakimi dari kata dasar “hakim” yang mengandung arti mengadili atau berlaku adil sebagai hakim. KataYunani, “Krino” (bentuk kata kerja) yang mengandung maksud mengkritik, mengecam, menilai, mendiskriminasi, memilah antara yang baik dan yang jahat, antara yang benar dan salah. Oleh karena itu melalui Injil Lukas 6:37-42 dan Matius 7:1-5, Tuhan Yesus memberi nasehat, “Janganlah kamu menghakimi maka kamupun tidak akan dihakimi, dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum, ampunilah dan kamu akan diampuni” (ay. 37). Ukuran menghakimi akan diukurkan kepadamu (ay.38). Yesus pun mengatakan pula suatu perumpamaan, “Dapatkah orang buta menuntun orang buta?” Bukankah keduanya akan jatuh dalam lobang? (ay. 39).
Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina yang diberkati Tuhan, saling mempersalahkan telah menjadi kebiasaan. Padahal belum diperiksa, diteliti apakah orang yang dipersalahkan benar-benar salah. Bisa jadi, yang benar disalahkan, yang salah dibenarkan. Sesungguhnya setiap manusia memiliki kekurangan, bisa salah dan berdosa. Seperti perumpamaan Yesus tentang orang buta. Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Dapatkah sama-sama bersalah, berdosa, saling menghakimi? Bukankah keduanya akan jatuh ke lobang? Bukankah dua orang yang saling menghakimi adalah orang-orang yang jatuh dalam dosa? Janganlah senang menganggap dirinya berarti, padahal tidak berarti. Saling menghakimi dan mempersalahkan adalah hal yang sangat sensitif, potensi konflik. Setiap orang punya cara pandang berbeda atas setiap persoalan. Menurut kita, kawan yang satu ini salah, ia patut dihakimi. Sementara menurut pandangan orang lain, kawan itu benar. Di saat kita sebagai remaja dan pembina remaja mulai berprasangka buruk terhadap sesama, itulah akar menuju saling menghakimi. Tergodalah kita, menganggap diri benar, suci dan tak bersalah. Padahal penuh kesalahan, dosa yang tak pernah disadari. Karena itu Yesus kembali memberi teguran, “Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata sesamamu, sedangkan balok dimatamu sendiri tidak kau ketahui?” (ay. 41). Selumbar di mata orang, dapat kau lihat tetapi balok di matamu sendiri tidaklah kau lihat. Melancarkan kritik, ancaman serta tuduhan bersalah pada orang lain padahal diri sendiri penuh dengan kesalahan. Teguran ini mengajak kita para remaja dan pembina remaja untuk mengintrospeksi diri. Mengeluarkan terlebih dahulu balok yang ada di mata kita, barulah kita mengkritik sesama, kritik membangun. Bila ia bersalah, ditegur untuk kembali pada jalan yang benar. Yesus berkata, “Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkan dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari dari mata saudaramu” (ay. 41-42). Orang-orang yang suka mengkritik, mengancam, menghakimi sesama hanya dengan prasangka buruk adalah golongan orang munafik. Nasehat “hal menghakimi” adalah kritikan tajam bagi kaum farisi, saduki, ahli-ahli taurat yang melancarkan tuduhan-tuduhan kesalahan dan ancaman pada Yesus padahal merekalah golongan orang munafik. Kita manusia terbatas untuk menilai kelakuan dan sikap sesama. Tapi Yesus Tuhan tak pernah terbatas untuk langsung mengetahui maksud-maksud jahat orang-orang Yahudi dan maksud-maksud baik dari orang-orang yang berkenan kepada Allah.
Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina yang diberkati Tuhan, tak dapat dipungkiri, ada saja kenakalan-kenakalan remaja di tempat-tempat tertentu yang sampai mengangkat pentung dan pedang dan tawuran antar kampung. Menyedihkan sebab kadang menelan korban. Apa yang dapat kita lakukan supaya terhindar dari cara prasangka buruk dan menghakimi? Lukas 7:37c menjawab, “Ampunilah dan kamu akan diampuni. Sampai berapa kali kita harus mengampuni? Petrus berkata, "sampai 7 kali?" Yesus berkata “Bukan! Aku berkata kepadamu bukan sampai 7 kali melainkan sampai 70 kali 7 kali”(Matius 18:22). Tuhan Yesus adalah contoh konkrit pemberi pengampunan, Yesus telah berkorban. Oleh kasih-Nya Dia memberi pengampunan melalui penebusan sempurna yang dikerjakan di salib Yesus di Kalvari. Bagaimana dengan kamu hai remaja dan pembina remaja? Masih adakah di dalam kehidupan kita persélisihan, tuduhan dan saling menghakimi? Adakah yang berselisih dengan mama dan papa sampai menghakimi orang tua? Adakah yang berselisih paham antar sesama anggota remaja sehingga sudah saling menghakimi? Masih adakah sesama kakak pembina Komisi Pelayanan Remaja Sinode, Wilayah dan Jemaat, berprasangka buruk? Terimalah ajakan ini: “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan fitnah, hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu (Efesus 4:31-32) .Janganlah menghakimi supaya kamu tidak dihakimi. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar