Sabtu, 19 Februari 2022

Renungan 20-26 Februari 2022 (Bina Remaja)

Pembacaan: Titus 1:1-16

Keteladanan dan Kompetensi Pelayan Tuhan

Syalom…Damai di hati… 
Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina remaja yang dikasihi dan diberkati Tuhan, kitab Titus adalah surat Paulus kepada Titus sahabatnya. Titus memiliki peran yang penting secara khusus dalam perkembangan jemaat di Korintus (2 Kor 2:13). Titus ditinggalkan Paulus di Kreta untuk meneruskan pekerjaan Pekabaran Injil di sana dengan cara mengatur, menata dan menetapkan penatua-penatua. Dalam pasal 2 kita bisa lihat bahwa amanat yang diberikan adalah memberi nasehat kepada jemaat termasuk di dalamnya adalah anak muda (remaja) agar menghadirkan keteladanan.

    Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina, pembacaan Firman Tuhan saat ini berbicara tentang keteladanan dan kompetensi seorang Pelayan Tuhan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Seorang pelayan Tuhan harus mempunyai motivasi yang benar, karena memiliki motivasi yang benar adalah dasar melayani Tuhan. Oleh sebab itu saat melayani Tuhan kita harus memiliki hati yang benar, karena melayani Tuhan adalah tindakan membalas kasih Tuhan bukan untuk mencari hormat dan keuntungan diri sendiri. Paulus pun berpesan kepada Titus agar ia berhati-hati dalam memilih penatua atau pelayan Tuhan. Dalam penguraian Paulus tentang persyaratan untuk menjadi penatua adalah harus orang yang memiliki motivasi dan niat yang baik. Kehidupan yang layak dan pantas untuk diteladani, menjadi berkat bagi kehidupan orang banyak. Selain terhindar dari hal-hal yang buruk, seorang penatua harus memiliki teladan hidup yang baik, memiliki nilai sosial yang tinggi, yaitu suka memberi tumpangan, bijaksana, adil, saleh dan dapat menguasai diri. Seorang yang menjadi pelayan Allah adalah orang yang memiliki kebenaran yang tak bercacat, tidak menuntut hak bagi dirinya sendiri. “Menguasai diri memiliki arti kekuatan dalam sifat yang berasal dari dalam diri untuk mampu menahan diri dari segala hawa nafsu.

    Selanjutnya, Paulus mensyaratkan bahwa orang yang menjadi pelayan Tuhan adalah orang yang berpegang kepada perkataan yang benar, tidak bisa digoyahkan pengertiannya oleh pernyataan-pernyataan sesat. Selain itu, bahwasannya seorang penatua adalah orang yang memiliki keahlian dalam menasihati dan mempertahankan ajaran bahkan meyakinkan para penentang-penentangnya. Paulus menyatakan dengan tegas supaya mereka berpegang kuat pada ajaran yang sesuai dengan yang pernah Paulus ajarkan bagi mereka. Kepercayaan adalah soal yang sangat penting, dan setiap fakta yang ada harus dimengerti oleh setiap orang dalam segala zaman. Sebab di luar dari kebenaran yang pernah Paulus sampaikan, itu adalah sesat. Dalam jemaat yang ada di Kreta, terdapat pola kehidupan yang tidak sesuai dengan ajaran yang benar. Hal ini jelas karena Paulus mencatat bahwa para penganut paham lain itu terdiri dari orang-orang Yahudi yang memegang hukum sunat. Keadaan ini mengakibatkan kehidupan yang tidak tertib dan semacam omong kosong yang menyesatkan orang lain. Paulus dengan tegas menyatakan bahwa orang-orang demikian harus dibungkam mulutnya. Ini adalah pernyataan dan sikap Paulus yang tegas terhadap ajaran-ajaran yang sesat. Sudah tentu bahwa dalam hal ini, orang-orang itu tidak boleh diberikan kesempatan untuk mengajar atau menjadi pengurus, sebab apa yang mereka lakukan hanya akan mempengaruhi kehidupan orang lain menjadi tidak lebih baik dari kehidupan sebelumnya.

    Di dalam pembacaan kita saat ini ini dapat diketahui bahwa, orangorang Kreta mempunyai reputasi yang buruk. “Paulus mengutip penyair Epimenides, seorang Kreta, yang mungkin telah dikutipnya ketika ia berpidato di Areopagus. Yang dikutip adalah sebuah sajak “Dasar orang Kreta pembohong, binatang buas, pelahap yang malas.” Orang Kreta adalah sisa suatu bangsa besar yang merosot, yang telah mendirikan peradaban Yunani Minoa 2000 tahun sebelum Kristus. Kenangan rakyat yang samarsamar tentang kekuasaan yang sudah lenyap mungkin sudah merusakkan jiwa rakyat jelata. Sebuah peribahasa pada jaman Paulus adalah “Kretizein pros Kreta”, artinya berbohong kepada seorang pembohong. Epimenides sedang menunjuk kepada pernyataan orang-orang Kreta bawah di pulau mereka terdapa kubur Zeus, ajaran sesat yang melampaui batas. Jadi sebagai pemimpin rohani, Titus memiliki tugas merubuhkan sifat-sifat yang tidak baik di antara orang Kreta. Titus bertugas merobohkan “pengetahuan” orang Kreta terhadap dongeng-dongeng dan kewenangan Paulus dan yang menolak kebenaran Allah.

    Di akhir pembacaan kita, Paulus memberikan gambaran tentang kehidupan orang yang terdiri dari dua gambaran yang bertolak belakang. Bagi orang suci, semuanya suci, artinya bahwa ketika seseorang hidup suci di hadapan Allah, ia bisa menjadikan suci apa yang ia terima, dan ia hanya menerima yang suci. Yang suci akan selalu suci bagi orang suci. Sedangkan bagi orang najis, segala sesuatu adalah najis, bahkan yang suci sekalipun bisa menjadi najis. “Yang dimaksud Paulus adalah bahwa tak seorang pun dalam cara apapun dapat menguraikan dosa, kecuali ia memulai suatu kehidupan yang diserahkan kepada Allah. Sedangkan bagi orang jahat, apa pun yang baik akan menjadi jahat.” Akibat dari kehidupan itu, muncul kehidupan yang berpura-pura. Orang mengaku orang percaya, tetapi kehidupannya jauh dari ukuran kehidupan yang layak bagi orang percaya.

    Adik-adik remaja dan kakak kakak pembina, dalam kenyataannya banyak pelayan Tuhan yang tidak mampu menegur anggota jemaatnya padahal mereka melakukan kekeliruan. Begitu pula dalam pelayanan remaja, banyak pembina remaja yang nda mampu mo tegur tu adik-adik remaja padahal dorang da bekeng so salah. Hal ini menjadi perenungan bagi para hamba Tuhan termasuk di dalamnya para pembina remaja. Untuk itu kita selaku orang percaya harus menjaga kesucian batin kita. Menjaga kesucian batin berarti segala pikiran dan kesadaran moral kita dikuasai oleh Kristus. Hal ini memang tidak mudah dan menjadi pergumulan bagi kita selaku orang percaya di sepanjang hidup. Hidup dengan kesucian merupakan perjuangan pikiran dan kesadaran moral kita untuk senantiasa melawan segala yang jahat atau kotor. Pikiran dan kesadaran moral harus diarahkan kepada hal-hal yang baik atau suci sehingga menghasilkan perbuatan baik. Kesucian akan menghasilkan buahnya yaitu perbuatan-perbuatan baik dan menentukan kesucian lahiriah. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More