Pembacaan : MARKUS 14:43-52
Tema : Ciuman Pengkhianatan
Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina yang dikasihi Tuhan, beberapa kisah tentang pengkhianatan yang kita dengar atau tonton dalam drama-drama dan film-film tertentu biasanya melibatkan orang-orang terdekat dan bukannya orang-orang yang jauh. Suami yang mengkhianati isterinya atau sebaliknya, teman dekat yang mengkhianati sahabatnya, rekan kerja yang mengkhianati partnernya demi promosi yang diinginkannya, dan contoh-contoh lainnya. Walaupun menyakitkan, namun inilah kenyataan dalam kehidupan tidak sedikit orang. Benarlah kata-kata ini, "Those we love the most can hurt us the most". Mereka yang paling kita cintai dapat menjadi yang paling melukai dan menyakiti kita. Lantas, bagaimana respons yang benar sebagai orang percaya, secara khusus sebagai pembina dan adik-adik remaja dalam menyikapi hal seperti ini? Dalam kehidupan remaja, kita mungkin menjumpai orang-orang yang paling dekat dengan kita justru dapat melukai kita dengan kata-kata dan tindakan mereka. Dalam keluarga, kita mungkin dilukai oleh orang tua, kakak atau adik kita, atau mungkin kita melukai mereka yang ada dalam keluarga kita. Tindakan-tindakan yang demikian menimbulkan luka. Demi jawaban bagaimana respons yang benar dan demi penyembuhan dari luka-luka batin yang ada, mari memandang pada Tuhan Yesus.
Kakak-kakak pembina dan adik-adik remaja yang dikasihi Tuhan Yesus, "kesempatan yang baik" yang dinanti-nantikan Yudas akhirnya datang juga. Markus 14:10-11 menceritakan tentang awal dari rencana pengkhianatan terbesar yang segera akan terjadi. "Lalu pergilah Yudas Iskariot, salah seorang dari kedua belas murid itu, kepada imam-imam kepala dengan maksud untuk menyerahkan Yesus kepada mereka. Mereka sangat gembira waktu mendengarnya dan mereka berjanji akan memberikan uang kepadanya Kemudian ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus." Tuhan Yesus sendiri telah mengetahui dan memberitahukan hal ini kepada murid-murid-Nya bahwa. "sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku. yaitu dia yang makan dengan Aku" (Mrk 14:18). Saat Yesus telah selesai berdoa di taman Getsemani. Yesus membangunkan murid- murid-Nya dengan perkataan. "Saatnya sudah tiba. lihat. Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa Bangunlah. marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat" (Mrk 14:41-42). Yesus jelas menunjuk pada Yudas Iskariot, murid yang mengkhianati Dia. Bagaimana Yudas tahu tentang Yesus dan murid-murid yang lain sementara berada di Getsemani menunjukkan bahwa tempat tersebut sangat mungkin menjadi tempat yang sering dikunjungi Yesus semasa pelayanannya bersama para murid, di dalamnya Yudas Iskariot. Saat ia muncul di sana untuk melaksanakan rencananya. Yudas Iskariot datang bersama serombongan orang yang membawa pedang dan pentung. Alkitab mengatakan bahwa mereka disuruh oleh imam-imam kepala. ahli-ahli Taurat dan tua-tua. Yesus hendak ditangkap seperti para penjahat pada umumnya. Yesus berbicara dengan terus terang kepada mereka tentang hal ini. "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah- tengah kamu mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku" (Mrk 14:48-49). Hal ini menunjukkan dimulainya proses peradilan Yesus yang penuh dengan ketidak-adilan sampai pada penyaliban-Nya. Namun ironi penangkapan Yesus menunjukkan sesuatu yang jauh lebih menyakitkan dari sekadar ditangkap laksana seorang penjahat, yakni bahwa orang-orang terdekat-Nya mengkhianati dan meninggalkan-Nya.
Adegan pengkhianatan yang paling terkenal jelaslah tindakan Yudas Iskariot yang menyerahkan Tuhan Yesus dengan ciumannya. Ciuman Yudas Iskariot bukanlah tanda cinta pada Gurunya, melainkan sebagai petunjuk mana Yesus yang harus ditangkap itu. Di taman Getsemani, Yudas Iskariot maju mendapatkan Yesus dan berkata "Rabi," lalu mencium Dia. Segera sesudah ciuman pengkhianatan tersebut, rombongan tersebut memegang dan menangkap Yesus. Namun demikian, adegan- adegan pengkhianatan lainnya yang mengikuti turut dikisahkan oleh penginjil Markus. Saat Yesus ditangkap, seorang yang ada di situ menghunus pedangnya, lalu menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya. Dari Injil Yohanes 18:10, kita mengetahui bahwa orang tersebut adalah Simon Petrus. Tindakan berani Petrus yang mau membela Yesus dengan kekerasan pada akhirnya akan berakhir pada pengkhianatan lainnya yang dilakukannya, yakni dengan menyangkal Yesus tiga kali (lih. Mrk. 14:66-72). Bukan hanya Petrus, tetapi murid-murid yang lain juga. Saat Yesus telah ditangkap, Alkitab mengatakan bahwa "semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri" (Mrk. 14:50). Tindakan pengkhianatan lainnya yang ditunjukkan oleh murid-murid. Tidak berhenti di situ, penginjil Markus mengisahkan seorang muda yang rela melepas kain lenan yang dipakainya dan lari dengan telanjang asal tidak ditangkap bersama Yesus yang diikutinya itu. Sebuah tindakan pengkhianatan lainnya dari pengikut Yesus. Adegan-adegan ini dikisahkan Markus untuk menunjukkan betapa mereka yang terdekat dengan Yesus memilih untuk menyelamatkan diri mereka sendiri dan meninggalkan Yesus. Bukan hanya Yudas Iskariot, melainkan semua murid-Nya. Hal ini seharusnya tidak dilakukan para murid, namun sungguh terjadi. Padahal saat mereka makan bersama Yesus dalam Perjamuan Malam terakhir, semua murid berjanji siap mati bersama Yesus (bnd. Mrk. 14:27-31). Mereka yang terdekatlah yang mengkhianati Yesus. Sebuah ironi!
Kakak-kakak pembina dan adik-adik remaja yang dikasihi Tuhan Yesus, walaupun pengkhianatan Yudas Iskariot sering dipandang sebagai pengkhianatan yang terbesar, namun kita tidak boleh lupa bahwa semua murid yang lain pun meninggalkan Yesus di taman Getsemani itu, yakni demi menyelamatkan diri mereka sendiri. Hal tersebut dapat dipandang juga sebagai pengkhianatan atas janji mereka kepada Tuhan Yesus. Kenyataan ini seharusnya menyadarkan kita tentang keberadaan kita semua sebagai pengikut Yesus. Kita semua sama-sama berdosa di hadapan Tuhan, kita juga mengkhianati Tuhan Yesus dalam kehidupan kita. Bagaimana hal itu terjadi? Keberdosaan kitalah yang telah membuat Tuhan Yesus mati di atas kayu salib, yakni untuk menanggung dosa-dosa kita, dan bukan karena dosa-Nya. Rasul Paulus mengatakan, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2 Kor. 5:21). Hanya dengan kesadaran yang dalam akan keberdosaan kita inilah, kita dapat menyadari betapa besarnya pengorbanan Tuhan Yesus.
Hal ini mendorong kita untuk memaknai minggu-minggu sengsara dengan melihat diri kita yang mungkin telah mengkhianati orang lain dengan melakukan apa yang jahat kepada mereka, yang beberapa dilakukan demi keuntungan diri kita sendiri. Kita dipanggil untuk bertobat dengan sungguh-sungguh! Bila yang terjadi adalah yang sebaliknya, yakni bahwa kitalah yang justru menjadi korban dari tindakan pengkhianatan dan kejahatan orang lain, maka sikap Yesus harus menjadi sikap kita semua. Sampai di kayu salib, Yesus mengampuni. Kematian-Nya adalah juga untuk menebus orang-orang yang justru telah mengkhianati Dia! Kita dipanggil untuk mengampuni dan terus mengingat kata- kata Paulus ini, "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan" (Roma 12:21). Dengan komitmen ini, biarlah kita juga menyerahkan hati kita yang terluka untuk dipulihkan oleh Tuhan Yesus. Dia sanggup memulihkan setiap hati yang terluka, sebab Dia mengerti. Tuhan menolong kita. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar