Format Panduan Ibadah Bagi MC

Format Panduan Ibadah Bagi MC

Contoh Doa Pembukaan

Contoh Doa Pembukaan

Contoh Doa Pengakuan Dosa

Contoh Doa Pengakuan Dosa

Lagu-lagu Remaja GMIM

Lagu-lagu Remaja GMIM

Lagu-Lagu Pujian

Lagu-Lagu Pujian

Sabtu, 25 Maret 2023

Renungan 26 Mar - 01 Apr 2023 (Bina Remaja)

Pembacaan   : Yohanes 18:38b - 19:16a
Tema             : Raja yang Tersalib

    Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina yang dikasihi Tuhan, INRI, huruf yang tertulis di kayu salib Yesus. Kata latin diatas salib Yesus "IESUS NAZARENVS REX IVDAEORVM" (lesus Nazarenus, Rex Iudaerum) yang berarti Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi. Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan diatas kayu salib itu bunyinya: "Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi" (Yohanes 19:19). Imam-imam kepala, tua-tua Yahudi, orang-orang Yahudi mendesak Pilatus untuk menyalibkan Yesus dengan memberi hukuman mati. Pilatus adalah gubernur provinsi Yudea di kekaisaran Romawi. Dialah yang mewakili pemerintah Romawi di Yerusalem untuk mengadili Yesus Kristus yang ditangkap di Getsemani dengan tanda ciuman kemunafikan dari Yudas. Pilatus memiliki kuasa untuk menjatuhkan hukuman mati. Keputusan Pilatus atas desakan orang banyak. Pilatus tidak mendapatkan kesalahan Yesus, keluarlah Pilatus mendapatkan orang Yahudi dan berkata kepada mereka "aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya" (ayat 38b). Pilatus mengusulkan supaya Raja orang Yahudi dibebaskan tapi mereka berteriak: jangan Dia, melainkan Barabas. Padahal Barabas adalah seorang penyamun. Pilatus sang pemimpin yang tergoda oleh keinginan banyak orang padahal tindakannya salah, tidak adil, namun inilah jalan yang harus dilalui Yesus.

Adik-adik remaja dan kakak-kakak Pembina yang diberkati Tuhan, kenyataan-kenyataan hidup berbicara. Benar kata Firman bahwa di pengadilan sekalipun tidak terdapat keadilan. Yang hitam menjadi putih yang putih menjadi hitam. Jadilah pelopor keadilan dan kebenaran. Jika benar, katakan benar, jika salah katakanlah salah. Sangat menyedihkan kisah Raja yang tersalib. Pilatus menyuruh orang menyesah Yesus. Kepada-Nya diberikan mahkota duri di atas kepala oleh prajurit-prajurit. Mereka memakaikan Dia jubah ungu. Mahkota seolah diberi sebuah penghargaan, padahal duri, lambang penyiksaan, inilah tanda olok-olokan. Jubah ungu adalah tanda kewibawaan raja, warna kerajaan, namun dipakai untuk mengejek Yesus. Mereka berkata "salam, hai Raja orang Yahudi", suatu salam keakraban tapi mereka menampar mukanya. Suatu penghinaan yang mengerikan, kendati telah dipakaikan mahkota duri dan jubah ungu, Pilatus masih berkata bahwa, "Yesus tidak bersalah". Siapa tahu orang-orang Yahudi berbelas kasih. Tetapi tidak! Mereka berkata: "Salibkanlah Dia, salibkanlah Dia!" Aneh keputusan Pilatus. Ia berkata, "ambil Dia dan salibkanlah Dia, sebab aku tidak mendapatkan kesalahan apapun padanya". Apabila ada pemimpin-pemimpin yang turut mempersalahkan orang benar, sering kita dengar orang berkata dalam bahasa Manado: "memang ngana ini Pilatus, suka mocuci tangan". Jika adik-adik remaja kelak jadi pemimpin gereja, pemimpin bangsa, jangan contohi sang Pilatus yang mendua hati. Di satu sisi menyatakan Yesus tidak bersalah dan memang tidak bersalah, namun di sisi lain menyerahkan Yesus untuk disalibkan.

Adik-adik remaja dan kakak-kakak Pembina yang diberkati Tuhan, Yesus harus melewati jalan sengsara menuju bukit Golgota seperti yang sudah dinubuatkan untuk menyelamatkan dunia dari dosa dan kesalahan. Nyata benar bahwa penyaliban ini oleh orang- orang Yahudi adalah faktor cemburu. Yesus benar-benar adalah Anak Allah, tapi mereka cemburu dan marah bila Yesus berkata "Aku adalah anak Allah". Kecemburuan ada di mana-mana, bila adik-adik remaja dan pembina remaja memiliki kecemburuan, sama halnya kamu menyimpan sampah dalam hati. Menyimpan prasangka buruk menggerogoti kesehatan kita. Yesus tidak bersalah, menghantui pikiran Pilatus. Yesus diajak bicara, diancam oleh Pilatus. Yesus banyak diam tapi kemudian berkata: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku. Jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas". Ucapan Yesus ini mengingatkan kita, bahwa apapun pangkat dan jabatanmu, seberapa banyak kekayaanmu, sepintar apapun, engkau tidak punya kuasa atas dirimu sendiri, atas hidupmu dan hidup sesamamu. Karena itu sejak muda sebagai remaja, jangan sombong sebaliknya rendah hati. Yesus meneruskan perkataan-Nya kepada Pilatus, "sebab itu, dia yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya". Sejak itu, Pilatus berusaha lagi membebaskan Yesus. Tetapi mereka bertekad, jika engkau membebaskan Dia, engkau bukan sahabat kaisar dan engkau melawan kaisar. Akhirnya Yesus diserahkan kepada orang Yahudi. Sambil duduk di kursi pengadilan di tempat yang bernama Litostrotos dalam bahasa Ibrani: "Gabata", Pilatus berkata "inilah Rajamu". Teriakan masih terdengar: "Enyahkanlah Dia! Enyahkanlah Dia! Salibkanlah Dia!" Pilatus masih membela diri, "haruskah aku menyalibkan Rajamu"? Jawab mereka "kami tidak mempunyai Raja, selain kaisar". Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus untuk disalibkan.

Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina yang diberkati Tuhan, Yesus bukan hanya Raja orang Yahudi tapi Yesus adalah Raja di atas segala Raja. Dia Raja kemuliaan. Walau disalib menanggung dosa tapi pada hari ketiga, bangkit dan hidup. Di minggu-minggu sengsara ini, salibkanlah perbuatan dosa kita. Tetaplah memiliki karakter Kristus sampai Tuhan datang kembali. Amin.



Sabtu, 18 Maret 2023

Renungan 19 - 25 Maret 2023 (Bina Remaja)

Pembacaan   : MARKUS 14:43-52
Tema             : Ciuman Pengkhianatan

    Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina yang dikasihi Tuhan, beberapa kisah tentang pengkhianatan yang kita dengar atau tonton dalam drama-drama dan film-film tertentu biasanya melibatkan orang-orang terdekat dan bukannya orang-orang yang jauh. Suami yang mengkhianati isterinya atau sebaliknya, teman dekat yang mengkhianati sahabatnya, rekan kerja yang mengkhianati partnernya demi promosi yang diinginkannya, dan contoh-contoh lainnya. Walaupun menyakitkan, namun inilah kenyataan dalam kehidupan tidak sedikit orang. Benarlah kata-kata ini, "Those we love the most can hurt us the most". Mereka yang paling kita cintai dapat menjadi yang paling melukai dan menyakiti kita. Lantas, bagaimana respons yang benar sebagai orang percaya, secara khusus sebagai pembina dan adik-adik remaja dalam menyikapi hal seperti ini? Dalam kehidupan remaja, kita mungkin menjumpai orang-orang yang paling dekat dengan kita justru dapat melukai kita dengan kata-kata dan tindakan mereka. Dalam keluarga, kita mungkin dilukai oleh orang tua, kakak atau adik kita, atau mungkin kita melukai mereka yang ada dalam keluarga kita. Tindakan-tindakan yang demikian menimbulkan luka. Demi jawaban bagaimana respons yang benar dan demi penyembuhan dari luka-luka batin yang ada, mari memandang pada Tuhan Yesus.

Kakak-kakak pembina dan adik-adik remaja yang dikasihi Tuhan Yesus, "kesempatan yang baik" yang dinanti-nantikan Yudas akhirnya datang juga. Markus 14:10-11 menceritakan tentang awal dari rencana pengkhianatan terbesar yang segera akan terjadi. "Lalu pergilah Yudas Iskariot, salah seorang dari kedua belas murid itu, kepada imam-imam kepala dengan maksud untuk menyerahkan Yesus kepada mereka. Mereka sangat gembira waktu mendengarnya dan mereka berjanji akan memberikan uang kepadanya Kemudian ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus." Tuhan Yesus sendiri telah mengetahui dan memberitahukan hal ini kepada murid-murid-Nya bahwa. "sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku. yaitu dia yang makan dengan Aku" (Mrk 14:18). Saat Yesus telah selesai berdoa di taman Getsemani. Yesus membangunkan murid- murid-Nya dengan perkataan. "Saatnya sudah tiba. lihat. Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa Bangunlah. marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat" (Mrk 14:41-42). Yesus jelas menunjuk pada Yudas Iskariot, murid yang mengkhianati Dia. Bagaimana Yudas tahu tentang Yesus dan murid-murid yang lain sementara berada di Getsemani menunjukkan bahwa tempat tersebut sangat mungkin menjadi tempat yang sering dikunjungi Yesus semasa pelayanannya bersama para murid, di dalamnya Yudas Iskariot. Saat ia muncul di sana untuk melaksanakan rencananya. Yudas Iskariot datang bersama serombongan orang yang membawa pedang dan pentung. Alkitab mengatakan bahwa mereka disuruh oleh imam-imam kepala. ahli-ahli Taurat dan tua-tua. Yesus hendak ditangkap seperti para penjahat pada umumnya. Yesus berbicara dengan terus terang kepada mereka tentang hal ini. "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah- tengah kamu mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku" (Mrk 14:48-49). Hal ini menunjukkan dimulainya proses peradilan Yesus yang penuh dengan ketidak-adilan sampai pada penyaliban-Nya. Namun ironi penangkapan Yesus menunjukkan sesuatu yang jauh lebih menyakitkan dari sekadar ditangkap laksana seorang penjahat, yakni bahwa orang-orang terdekat-Nya mengkhianati dan meninggalkan-Nya.

Adegan pengkhianatan yang paling terkenal jelaslah tindakan Yudas Iskariot yang menyerahkan Tuhan Yesus dengan ciumannya. Ciuman Yudas Iskariot bukanlah tanda cinta pada Gurunya, melainkan sebagai petunjuk mana Yesus yang harus ditangkap itu. Di taman Getsemani, Yudas Iskariot maju mendapatkan Yesus dan berkata "Rabi," lalu mencium Dia. Segera sesudah ciuman pengkhianatan tersebut, rombongan tersebut memegang dan menangkap Yesus. Namun demikian, adegan- adegan pengkhianatan lainnya yang mengikuti turut dikisahkan oleh penginjil Markus. Saat Yesus ditangkap, seorang yang ada di situ menghunus pedangnya, lalu menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya. Dari Injil Yohanes 18:10, kita mengetahui bahwa orang tersebut adalah Simon Petrus. Tindakan berani Petrus yang mau membela Yesus dengan kekerasan pada akhirnya akan berakhir pada pengkhianatan lainnya yang dilakukannya, yakni dengan menyangkal Yesus tiga kali (lih. Mrk. 14:66-72). Bukan hanya Petrus, tetapi murid-murid yang lain juga. Saat Yesus telah ditangkap, Alkitab mengatakan bahwa "semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri" (Mrk. 14:50). Tindakan pengkhianatan lainnya yang ditunjukkan oleh murid-murid. Tidak berhenti di situ, penginjil Markus mengisahkan seorang muda yang rela melepas kain lenan yang dipakainya dan lari dengan telanjang asal tidak ditangkap bersama Yesus yang diikutinya itu. Sebuah tindakan pengkhianatan lainnya dari pengikut Yesus. Adegan-adegan ini dikisahkan Markus untuk menunjukkan betapa mereka yang terdekat dengan Yesus memilih untuk menyelamatkan diri mereka sendiri dan meninggalkan Yesus. Bukan hanya Yudas Iskariot, melainkan semua murid-Nya. Hal ini seharusnya tidak dilakukan para murid, namun sungguh terjadi. Padahal saat mereka makan bersama Yesus dalam Perjamuan Malam terakhir, semua murid berjanji siap mati bersama Yesus (bnd. Mrk. 14:27-31). Mereka yang terdekatlah yang mengkhianati Yesus. Sebuah ironi!

Kakak-kakak pembina dan adik-adik remaja yang dikasihi Tuhan Yesus, walaupun pengkhianatan Yudas Iskariot sering dipandang sebagai pengkhianatan yang terbesar, namun kita tidak boleh lupa bahwa semua murid yang lain pun meninggalkan Yesus di taman Getsemani itu, yakni demi menyelamatkan diri mereka sendiri. Hal tersebut dapat dipandang juga sebagai pengkhianatan atas janji mereka kepada Tuhan Yesus. Kenyataan ini seharusnya menyadarkan kita tentang keberadaan kita semua sebagai pengikut Yesus. Kita semua sama-sama berdosa di hadapan Tuhan, kita juga mengkhianati Tuhan Yesus dalam kehidupan kita. Bagaimana hal itu terjadi? Keberdosaan kitalah yang telah membuat Tuhan Yesus mati di atas kayu salib, yakni untuk menanggung dosa-dosa kita, dan bukan karena dosa-Nya. Rasul Paulus mengatakan, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2 Kor. 5:21). Hanya dengan kesadaran yang dalam akan keberdosaan kita inilah, kita dapat menyadari betapa besarnya pengorbanan Tuhan Yesus.

Hal ini mendorong kita untuk memaknai minggu-minggu sengsara dengan melihat diri kita yang mungkin telah mengkhianati orang lain dengan melakukan apa yang jahat kepada mereka, yang beberapa dilakukan demi keuntungan diri kita sendiri. Kita dipanggil untuk bertobat dengan sungguh-sungguh! Bila yang terjadi adalah yang sebaliknya, yakni bahwa kitalah yang justru menjadi korban dari tindakan pengkhianatan dan kejahatan orang lain, maka sikap Yesus harus menjadi sikap kita semua. Sampai di kayu salib, Yesus mengampuni. Kematian-Nya adalah juga untuk menebus orang-orang yang justru telah mengkhianati Dia! Kita dipanggil untuk mengampuni dan terus mengingat kata- kata Paulus ini, "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan" (Roma 12:21). Dengan komitmen ini, biarlah kita juga menyerahkan hati kita yang terluka untuk dipulihkan oleh Tuhan Yesus. Dia sanggup memulihkan setiap hati yang terluka, sebab Dia mengerti. Tuhan menolong kita. Amin.



Sabtu, 11 Maret 2023

Renungan 12 - 18 Maret 2023 (Bina Remaja)

Pembacaan   : LUKAS 22:24-38
Tema             : Iman Jangan Gugur Ketika Ditampi
    
    Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina yang dikasihi Tuhan, hari ini kita mengucap syukur kepada Dia, Tuhan kita Yesus Kristus yang atas perkenanan-Nya kepada kita, torang boleh menikmati kesehatan, kekuatan, bahkan berkat-berkat yang terindah masih kita terima sampai saat ini. Florence Nightingale adalah perempuan Inggris kelahiran Florence, Itali tahun 1820. la lahir dari keluarga berada, namun mau belajar tentang keperawatan, sekalipun ditentang oleh keluarganya. Ia satu-satunya orang yang mengajukan diri untuk merawat para tentara yang terluka pada saat perang Inggris bersama Perancis melawan Rusia. la dijuluki "bidadari berlampu", karena ia memaksa para tentara untuk menemaninya memeriksa para korban perang di semenanjung Krimea dengan lampu untuk menyelamatkan korban yang masih hidup.

    Menjadi orang besar, memiliki kekuasaan dan diakui oleh orang lain merupakan impian banyak orang. Keinginan tersebut terdapat pula pada murid-murid Yesus, bahkan sampai menimbulkan pertengkaran di antara mereka. Tetapi Yesus memperingatkan para murid bahwa menjadi yang besar dan pemimpin bukanlah untuk menguasai, melainkan yang terbesar menjadi yang paling muda dan pemimpin yang melayani. Para murid melihat kemesiasan Yesus berdasarkan sudut pandang materialism. Mereka mengira Yesus akan menjadi Raja. Tidak heran bila mereka berambisi untuk diikutsertakan dalam pemerintahan-Nya kelak. Itu menyebabkan pertengkaran siapakah yang terbesar di antara mereka. Bahkan dalam perjamuan Paskah, saat Yesus mempersiapkan mereka untuk menerima fakta kematian-Nya, mereka malah bertengkar soal kedudukan. Menanggapi pertengkaran mereka, Yesus membandingkan kepemimpinan dunia dengan kepemimpinan rohani. Pemimpin dunia mengandalkan kuasa yang ada padanya untuk memerintah orang lain.

    Pembina remaja dan remaja yang mengasihi Tuhan. Tampi, alat (bahasa Ibrani. Mizreh. "tampi": Zara, menaburkan. Bahasa Yunani. Ptuon. "Tampi") Garpu kayu yang besar digunakan untuk menghambur-hamburkan bulir-bulir gandum ke udara, supaya tangkai-tangkai debu dihembuskan angin. Cara ini masih diterapkan di beberapa daerah di Asia Barat. Yohanes Pembaptis menggunakan ungkapan yang mudah dimengerti ini untuk melukiskan Yesus Kristus sebagai penampi besar yang memisahkan yang jahat dari yang baik. Iblis telah menuntut untuk menampi kamu. Kata "menuntut" ini jarang muncul di dalam Alkitab. Kata aslinya memang bermakna "menuntut" atau "meminta". Iblis secara khusus meminta, menghendaki dan menginginkan semua rasul itu agar Iblis bisa menampi mereka. Menurut pengajaran yang banyak beredar, iman itu tidak mungkin gugur. Jika iman memang tidak bisa gugur atau ambruk, maka tidak ada bahaya. Jika memang demikian halnya, tidaklah perlu Yesus bersyafaat bagi mereka. Jika kita “sekali selamat tetap selamat” tentunya Yesus tidak perlu berdoa supaya iman Petrus tidak gugur. Akan tetapi hal semacam itu bukanlah ajaran Yesus. Menurut Yesus. iman Petrus sedang berada dalam bahaya Malahan, iman semua rasul saat itu terancam bahaya keambrukan. Oleh karenanya, Yesus berkata: Jikalau engkau sudah insaf (kata lain diterjemahkan sebagai bertobat) dan kembali lagi adalah sebuah kalimat yang keras. Kalimat ini menunjukan adanya kegagalan yang sangat parah. Sehingga, para murid harus kembali lagi. Ini bukan suatu kegagalan yang kecil, Petrus akan gagal, dan kegagalannya sangat parah. Akan tetapi Yesus berdoa supaya Petrus tidak harus tergeletak. Dia akan jatuh akan tetapi tidak sampai dihabisi, jika kita memakai gambaran Paulus. Jadi. Yesus sudah tahu sebelumnya mengenai adanya satu bahaya besar dan dia berkata kalau kamu sudah bertobat, kuatkanlah saudara-saudaramu yang lain karena mereka juga akan menghadapi bahaya besar.

    Menjadi murid Yesus harus menjalankan tugas bukan sebagai orang yang harus dilayani namun sebagai orang yang harus melayani. Kepemimpinan adalah sebuah tanggung jawab pelayanan yang harus dilakukan dengan penuh kerendahan hati di hadapan Allah. Yesus sendiri telah memberi teladan hidup-Nya. la ada di tengah-tengah mereka sebagai pelayan, sampai la menyerahkan hidup-Nya untuk melayani semua manusia. Sampai saat ini pertengkaran untuk menjadi yang terbesar masih sering terulang dan dialami. Kedudukan dan jabatan menjadi fokus banyak orang. Ketidak-mengertian terhadap prinsip pelayanan Tuhan bisa terjadi karena motif yang salah dalam mengikut Dia. Salib Yesus bukan saja sumber keselamatan bagi kita tetapi pola hidup dan prinsip pelayanan yang membuat kita merendahkan diri dan menyangkal diri. Sebagai Pembina dan remaja, peganglah dengan sekuat tenaga Iman kita kepada Yesus Kristus, jangan lengah sedikit pun karena Iblis bisa merusak hidup kita ketika kita memberi cela sekecil pun. Marilah kita baik di gereja, keluarga, sekolah, masyarakat, dimana pun kita berada, sikap melayani bukan dilayani harus menjadi sikap dasar kita. Seperti Yesus telah melayani kita, maukah kita berkomitmen untuk melayani Tuhan dan sesama? Amin.




Sabtu, 04 Maret 2023

Renungan 05 - 11 Maret 2023 (Bina Remaja)

Pembacaan   : Yesaya 50 : 4-11
Tema             : Ketaatan Hamba Tuhan

    Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina yang dikasihi Tuhan, pernahkah kita melihat lampu merah, hijau, kuning di perempatan jalan atau di pertigaan jalan? So pasti. Mengerti dengan tanda lalu lintas itu? lya mengerti! Kalau begitu, apakah kamu patuh pada petunjuk itu? Kita tidak cepat menjawab, silahkan tersenyum. Sebab ada yang patuh tapi ada yang suka menerobos. Lampu merah, harus berhenti. Tapi dengan alasan mau cepat, akhirnya bertabrakan, celaka jadinya. Ada pula yang dapat petunjuk, jalan arah ke kiri, tapi melawan arus, ke arah kanan. Tidak taat, akhirnya tersesat. Orang tua memberi petunjuk dan peringatan pada anak remajanya. Adek kalo bergaul, hati-hati jangan sampe "layu sebelum berkembang" artinya jangan sampai hamil sebelum nikah. Tapi sang remaja tidak taat, akhirnya hamil sebelum nikah. Hamba Tuhan yang tidak taat pasti tersesat. Ketaatan hamba Tuhan mendatangkan berkat. Kata hamba, bahasa Yunani "Doulos" berarti budak, pesuruh, jongos, pembantu rumah tangga, pelayan. Sebagai hamba, ia harus taat pada tuannya. 

    Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina yang diberkati Tuhan, Nabi Yesaya adalah hamba Tuhan. Tugas Yesaya amatlah berat. Ia mendapat penglihatan tentang Yehuda dan Yerusalem dalam zaman Uzia, Yoram, Ahaz dan Hizkia, raja-raja Yehuda (Yesaya 1:1). Bahwa Yesaya diutus Tuhan kepada bangsa yang tidak setia dan tidak taat kepada Tuhan. Jika pembina dan adik-adik remaja ditugaskan menegur sesama remaja yang nakal, suka melawan, keras kepala, apakah akan bertahan? Syukurlah kalau tetap sabar. Tantangan Yesaya bahwa bangsa Israel sudah sarat dengan kesalahan dan keturunannya berlaku jahat. Anak-anaknya berlaku buruk Mereka telah meninggalkan Tuhan, menista yang Mahakuasa (Yesaya 13-4). Namun oleh karena ketaatan sang hamba maka Tuhan menolong Yesaya. menyelamatkan Yesaya atas tugas yang penuh resiko.
    
    Hal-hal yang kita renungkan dari Yesaya 50:4-11 adalah sebagai berikut. Pertama. Tuhan Allah memberikan lidah seorang murid supaya dengan perkataan. dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Melalui mulut bibir hamba Tuhan, mereka yang lemah dapat dikuatkan. Yang membelakangi Tuhan akan berbalik. Hai remaja dan pembina remaja, milikilah lidah seorang murid yang penuh kelembutan namun mengandung ketegasan. Mulut, lidah, bibir, yang dipakai untuk memberi semangat kepada yang berkeluh kesah, akan sangat berarti. Sapaan-sapaan yang menyegarkan jiwa membuat hati bahagia. Hendaklah perkataan- perkataan kita kudus dan suci sehingga mereka yang mendengarnya termotivasi untuk memiliki iman yang kokoh dan kuat. Apakah diantara kita, masih ada yang suka mengucapkan kata-kata kotor, kata-kata makian? Pedih hati mendengarnya, tidak santun perkataannya dan perlakuannya kasar. Hendaklah kamu lemah lembut dalam hal saling menyapa dengan bibir yang diberkati Tuhan, bagai bibir seorang murid. Kemudian yang kedua. kepada hamba yang taat, setiap pagi Tuhan mempertajam pendengaran. Fokus pada apa yang hendak difirmankan oleh Tuhan, mendengar suara Tuhan. Bagaimana mendengar suara Tuhan? Adik-adik remaja dan pembina remaja yang taat berdoa, baca firman, dengar firman, pasti mendengar suara Tuhan. Contohnya saat ini, apa suara Tuhan pada kita? Jadilah hamba yang taat dan setia. Sebagaimana Tuhan membuka telinga Yesaya dan ia tidak memberontak, tidak membelakangi Tuhan, maka demikianlah kiranya kita, hamba Yesus Kristus.

    Selanjutnya yang ketiga. hamba Tuhan yang memiliki ketaatan pasti ditolong Tuhan. Hamba Tuhan dipukul, disesah, dinodai, diludahi namun tetap menyatakan ketaatan, akan berkata seperti Yesaya, "Tuhan Allah menolong aku. Aku tidak mendapat noda, aku meneguhkan hatiku" (ayat 7). Dunia akan mempersalahkan hamba Tuhan. Dunia telah mempersalahkan Tuhan kita Yesus Kristus sampai tersalib di bukit Golgota. Namun kebenaran telah berbicara hingga Tuhan kita Yesus Kristus bangkit dari kematian dan hidup. la dibenarkan oleh Bapa-Nya. Yesuslah jalan kebenaran dan hidup. Semua yang menyatakan Yesus bersalah, mereka akan memburuk seperti pakaian yang usang. Ngengat akan memakan mereka. Ungkapan Yesaya adalah nubuat tentang penyelamatan salib Yesus Kristus. Janganlah kita saling mempersalahkan, sebab apa yang kau tabur itu pun yang akan kau tuai. Percayakah engkau akan hal ini? Jika kita percaya, pasti pertolongan Tuhan akan kita alami saat menabur kebaikan dan menuai berkat. 

    Keempat, baiklah setiap hamba Tuhan, takut akan Tuhan, percaya kepada Tuhan dan bersandar kepada Allah. Maka pasti Tuhan bersinar bagimu. Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan. Berbahagialah setiap orang yang takut akan Tuhan. 

    Kelima, ingatlah, siapa yang bermain api, akan ditelan oleh api itu. “Sesungguhnya kamu semua yang menyalakan api, dan yang memasang panah-panah api, masuklah ke dalam nyala api dan ke tengah-tengah panah-panah api yang telah kamu pasang! Oleh tangan-Kulah hal itu akan terjadi atasmu, kamu akan berbaring di tempat siksaan" (ayat 11). Api roh kudus mendatangkan semangat hidup sehingga kita tetap bercahaya di dalam Kristus.

    Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina, di minggu-minggu sengsara, saat kita menghayati kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, kita diingatkan tentang arti sebuah ketaatan. Tuhan Yesus yang taat menjalankan perintah Bapa, memperoleh kemenangan abadi. Ketaatan remaja dan pembina remaja atas semua hukum, perintah Tuhan, atas peringatan-peringatan orang tua, atas tanda- tanda awas "lampu merah" yang ditaati pasti diberkati. Amin. 



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More