Pembacaan: Yesaya 58:1-12
Tema: Membangun Spritual Melalui Puasa Diakonal
Syalom. Damai di hati...
Saudaraku yang kekasih di dalam Tuhan Yesus, salah satu program gereja
di minggu-minggu sengsara ini sedang adalah program Puasa Diakonal.
Sudah bertahun-tahun ini menjadi kebiasaan yang sangat positif di gereja
kita secara khusus GMIM. Diketahui bersama bahwa Puasa Diakonal
adalah berpantang terhadap sebagian barang milik sendiri untuk tidak
dikonsumsi atau digunakan dalam kurun waktu tertentu dan diberikan atau
dipersembahkan secara khusus demi pelayanan kemanusiaan atau yang
kita kenal Diakonia. Atau dengan kata lain kita mengurangi kebutuhan kita
untuk membantu mereka yang berkekurangan.
Saudaraku adik-adik remaja dan pembina remaja yang dikasihi Tuhan,
bacaan Yesaya 58:1-12 ini adalah merupakan seruan terhadap bangsa
Israel dan Yehuda setelah mereka keluar dari pembuangan di Babel. Diawali
dengan seruan keras dan nyaring untuk mengecam dosa umat itu bagaikan
bunyi sangkakala yang amat nyaring oleh karena pelanggaran umat Tuhan
yang mempraktekan kemunafikan dosa di balik kekeliruan dalam berpuasa
dalam ayat 1. Mengapa demikian? Karena umat ini terkadang berlagak
mengikuti jalan Tuhan tetapi sesungguhnya hati mereka jauh dari Tuhan.
Nah, kalau kita baca di ayat 2 dan 3 disini merupakan kecaman keras
dari Tuhan. Memang mereka mencari Aku dan suka mengenal jalan-Ku,
seperti bangsa yang melakukan dengan benar kata Tuhan, dan seakan
mereka tidak meninggalkan hukum Allah dengan rutin berpuasa. Sehingga
mungkin Allah tidak menjawab sesuai keinginan mereka sehingga bertanya
mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya? Mengapa kami merendahkan diri tetapi Engkau tidak mengindahkannya? Saudaraku,
rupanya di balik puasa bangsa Israel ini memiliki muatan supaya mereka
mendapatkan balasan dari puasa mereka. Maka dari jawaban Tuhan
nampak di ayat 4-7 bahwa sesungguhnya mereka berpuasa namun
masih berbantah-bantah, berkelahi, melakukan yang tidak semena-mena
atau dengan kata lain berpuasa hanya rutinitas. Oleh karena itu Tuhan
menegaskan bahwa bukan puasa seperti itu yang dikehendaki-Nya. Allah
menghendaki Puasa Diakonal seperti ayat 7 supaya engkau memecahmecah rotimu bagi orang yang lapar yang tidak punya rumah, memberikan
pakaian bagi mereka yang telanjang dan mengutamakan kepentingan orang
miskin dan lain sebagainya. Ayat 9, pada waktu mereka melakukannya
maka Tuhan akan menjawab asalkan bangsa ini melakukannya dengan
hati serta puasa yang murni. Tuhan akan menuntun senantiasa dan
akan memuaskan hati di tanah yang kering sebagai gambaran hati yang
murni akan selalu subur dan tidak mengecewakan. Dalam ayat 12 juga
digambarkan bahwa Tuhan akan memperbaiki reruntuhan bangunan yang
rusak dan memperbaiki tembok yang tembus, yang membetulkan jalan
supaya tempat itu dapat dihuni. Ayat ini menggambarkan pemulihan bangsa
Israel kalau mereka hidup dalam ketulusan hati dan mempraktekkan puasa
yang murni.
Nah, adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina, kalu mo ditanya apakah
torang so pernah ba puasa, pasti biar belum samua, paling so ada yang
pernah berpuasa. Dalam berpuasa di era modern ini banyak keunikan. Kalu
mo tanya bagimana so kalu ba puasa? Ada yang ba jawab, “kalu kita ba
puasa itu tahan lapar, nyanda minum deng laeng-laeng”. Mar ada katu lagi
yang jawab, “oh kalu kita tahan semua nafsu dunia selama puasa, mar klar
itu jatuh dalam dosa lagi”. Ada lagi yang ba puasa supaya mo minta sesuatu
pa Tuhan. Contoh permintaan: “Oh Tuhan, kita mo belajar, kase akang
petunjuk”, “oh Tuhan, kita mo cari kerja, kase petunjuk”. Ada lagi yang berdoa, “oh Tuhan, kase kita jodoh”, padahal masih remaja. Mar apapun
itu boleh no ba minta saat puasa. Asal jang sama deng bangsa Israel,
berpuasa cuma for dorang pe keinginan yang akhirnya Tuhan nda jawab.
Nah saudaraku, bagaimana sih cara berpuasa yang dikehendaki Tuhan
Yesus? Alkitab memberi contoh-contohnya. Dalam Matius 6:12 Tuhan bilang
kalu berpuasa jangan muka muram ato muka asang, jangan orang tau
kalu ja ba puasa, jangan sama deng orang munafik. Jang ja kase tunjung
pa orang kalu ba puasa supaya Tuhan memperhitungkan bahwa dengan
hati yang tulus maka puasa akan berkenan kepada Tuhan. Dalam Matius
4:1-11 bagaimana Tuhan Yesus berpuasa 40 hari dan 40 malam, walapun
dia lapar dan fisik-Nya lemah namun Dia tidak tergoda dengan rayuan iblis
untuk menawarkan makanan, kekayaan dan kekuasaan. Dengan kata lain
puasa itu harus dengan tulus hati, tersembunyi dan tidak tergoda dengan
keinginan duniawi. Apalagi Remaja yang sarat dengan godaan duniawi
dengan perkembangan yang ada. Oleh karenanya torang musti menjadikan
Tuhan itu teladan bagi kita. Puasa-Nya untuk kepentingan kita. Dia rela
memberikan nyawa-Nya hanya untuk dosa kita semua. Apalagi dalan
perayaan minggu sengsara ini torang musti berpuasa tinggalkan dosa.
Tinggalkan keinginan duniawi. Kalu so tabiasa main hp sampe berjam-jam,
ba nonton sampe lat, bajalan deng motor sampe lat, main deng teman so
full seharian, maka kurangi itu semua. Itu juga bagian dari Puasa Diakonal.
Rela mengurangi kepentingan sendiri untuk kepentingan orang laeng. Mari
biar masih remaja torang belajar untuk berdiakonia. Kalau biasa beli paket
data 100.000 1 bulan, coba ambe jo tu 50.000 kong 50.000 kase pa teman
atau sesama yang sangat butuh. Mari belajar berbagi bagi sesama. Yesus
telah berdiakonia bagi manusia. Dia rela tinggalkan Surga hanya untuk
keselamatan kita. Filipi pasal 2:1-11 mencatat tentang Dia yang walaupun
dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai
milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan
manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan
diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah
sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya
nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala
yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
dan segala lidah mengaku: „Yesus Kristus adalah Tuhan,“ bagi kemuliaan
Allah, Bapa!
Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina, janganlah kita seperti
bangsa Israel yang menyalahgunakan puasa tetapi berpuasalah dengan
benar. Puasa yang benar adalah menahan diri dari keinginan daging
serta mengutamakan sesama daripada kepentingan diri sendiri. Tuhan
memberkati. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar